Hello, I'm Glori Ayuni and Enjoy on my blog ❁◕ ‿ ◕❁

Kamis, 14 April 2011

Cerpen

Hei guys..
Masih inget sama gw kan ? Itu loh.. cewek tenar itu.. :D
Oh iya.. kali ini gw mau nulis cerpen asli karya gw sendiri..
Nih dia..

D
erap langkah kaki Rara memecah keheningan sore itu. Ia terus berjalan menuju tempat yang sudah tak asing lagi untuknya. Lapangan Basket . Ya, Rara memang sangat mencintai olahraga ini. Setiap sore, ia selalu latihan bahkan dalam kondisi sakit pun ia tetap latihan basket. Rara selalu latihan sendiri , tanpa pelatih ataupun teman-teman. Ia hanya mengulang  gerakan-gerakan yang telah diajarkan oleh mendiang kakaknya. Kakaknya adalah seorang atlet basket.

Pantulan bola basket seperti irama detak jantungnya. Terus dan terus. Tak peduli dengan Sang Matahari yang mulai beristirahat dari tugas hariannya ataupun beratus-ratus liter keringat yang telah keluar dari tubuhnya. Bola basket bagaikan sahabatnya. Kemudian terdengar bunyi klakson mobil mamanya. Klakson mobil mamanya seolah memanggilnya untuk pulang. Awalnya Rara enggan meninggalkan lapangan itu, tetapi setelah tiga kali mamanya membunyikan klakson, akhirnya Rara pun pulang.
Rara masuk ke dalam mobil itu. Rara terlihat sangat cuek dengan mamanya. Menurut Rara, perempuan yang sedang mengendarai mobil ini tak pantas di panggil dengan sebutan ‘’ Mama ‘’ . Mamanya selalu mementingkan urusan perusahaannya.

Rara pun sangat benci rumahnya. Bukan karena rumahnya jelek, tapi karena watak para penghuninya . Rara juga tak memiliki teman . Rara sangat sulit untuk bersosialisasi. Entahlah , setelah kakaknya meninggal , Rara menjadi seperti ini.

Esok harinya, Rara kembali menjalankan rutinitasnya. Ia kembali berangkat ke sekolahnya yaitu SMP Jaya Bakti . Sekarang ia kelas 8 khususnya kelas 8E. Setiap harinya,Rara di antar jemput oleh Pak Toto, supir keluarganya. Rara sering menjahili Pak Toto , mulai dari mengempeskan ban mobilnya , kunci mobil yang sengaja disembunyikan atau apa pun agar Rara tak cepat sampai di rumah atau di sekolah.

Pukul 06.30 , Rara sampai di sekolahnya . Ia segera masuk ke kelasnya. Di kelasnya, ternyata sudah banyak murid yang tiba. Rara adalah murid paling jutek. Saking juteknya , tak ada yang mau berteman dengannya . Bel pum berbunyi . Jam pelajaran pertama adalah pelajaran Fisika. Bu Eka pun masuk kelas dan mulai memberikan pelajaran tetapi sebelumnya Bu Eka  memberikan sedikit pengumuman bahwa minggu depan kelas 7 dan kelas 8 di liburkan, karena kelas 9 sedang melaksanakan UAS. Sorak sorai pun langsung menyelimuti kelas Rara. Kata ‘’ LIBUR ‘’ menjadi sebuah kata kemerdekaan bagi setiap pelajar tak terkecuali dengan Rara.

Minggu yang dinantikan pun tiba . Minggu ini akan Rara jadikan minggu yang penuh dengan latihan basket . Ia ingin masuk klub basket ternama dikotanya . Untuk masuk ke klub itu, Rara harus melewati berbagai tes yang rumit. Karena itulah, Rara semakin giat latihan basket. Hari itu , ia terus latihan dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore. Ketika Rara sampai dirumah , Papanya berkata pada Rara bahwa keluarganya akan pergi ke Bali untuk keperluan perusahaan. Awalnya Rara tak mau, tetapi pada akhirnya Rara mau ikut juga , karena Papanya berkata bahwa Rara boleh membawa bola basketnya dan latihan di sana.

Hari Selasa adalah hari yang direncanakan keluarga Rara untuk pergi ke Bali . Mereka pun menginap di sebuah hotel dan tentu saja disana terdapat sebuah lapangan basket . Meskipun Rara ada di Bali , yang menurut sebagian orang adalah Surga Dunia , pikiran Rara tetap terfokus pada basket , basket dan basket . Dan kedua orang tua Rara tetap sibuk dengan urusan perusahaannya .

Pada hari Kamis , Rara diajak Papanya ke Restoran Seafood yang ada di dekat hotel tempat mereka menginap . Mereka menggunakan angkutan umum untuk menuju ke Restoran Seafood itu . Ketika mobil yang ditumpangi Rara dan Papanya melaju dalam kecepatan sedang , tiba-tiba truk pengangkut sayur-sayuran dan buah-buahan datang dari arah yang berlawanan dan dalam dalam kecepatan tinggi menabrak mobil yang di tumpangi Rara dan Papanya . Mobil itu kemudian terbalik dan berada di trotoar jalan . Papanya mengalami patah tulang pada tangan kanannya. Tak sedikit pula yang meninggal dalam kecelakaan itu . Sedangkan Rara, ia mengalami suatu hal yang mungkin dapat membunuh harapannya menjadi atlet basket dan masuk ke klub basket ternama di kotanya. Kaki kirinya terpaksa haru di amputasi , karena terjepit badan mobil .

Dua hari kemudian , Rara & keluarganya pun pulang . Kejadian pada hari Kamis, begitu membuatnya putus asa . Harapannya pupus sudah ditelan bencana . Karena , mana mungkin ada seorang atlet basket yang kakinya buntung ? Atau mana mungkin ia bisa berlari  merebut bola dari lawan  hanya dengan satu kaki ? Itu sangat mustahil untuk Rara.

Rara terdiam sendiri di pinggir sungai yang berarus deras . Ia menatap sungai itu dalam-dalam . Seakan-akan ia ingin mengakhiri segalanya . Ketika Rara akan meloncat , datang seorang laki-laki tampan yang sebaya dengannya . ‘’ Hei, Cantik ! Sedang apa di samping sungai sendirian ? ‘’ , tanya laki-laki itu. Tetapi, Rara hanya membalasnya dengan tatapan sinis . ‘’ Kok, malah melotot gitu ? Jawab dong ! Kamu ‘ga bisu , kan ?’’ tanya laki-laki itu. ‘’ Aku mau bunuh diri ! ‘’ jawab Rara. ‘’Oh… Sebelum kamu bunuh diri , ikut aku dulu yuk !’’ kata cowok itu dan kemudian dia mendorong kursi roda Rara.

Rara tak berontak saat laki-laki itu mendorong kursi rodanya . Ia sama sekali tak menaruh curiga sedikit pun pada laki-laki yang ia tak kenal namanya . Rara & anak laki-laki itu tiba di depan sebuah bangunan yang asing bagi Rara . Disana sungguh ramai, tetapi semua orang disana cacat , kecuali orang-orang yang mengasuhnya. ‘’Kenapa kamu bawa aku ke sini ? Kamu mau meremehkan aku ya ? Aaa… ‘’ kata-kata Rara tercekat di tenggorokan karena tangan laki-laki itu membungkamnya. ‘’ Sssttt… Tenang saja dulu ! Oh,iya namaku Rico, kamu Rara ,kan ?’’ kata laki-laki itu. ‘’Kok…’’, untuk kedua kalinya kalimat Rara terpotong karena tangan Rico. Rico pun hanya membalasnya dengan senyuman manis.

Rico pun membawa Rara ke kolam renang . Begitu takjubnya Rara, karena disana banyak perenang handal yang tak sempurna. Kemudian , Rara dibawa oleh Rico ke ruang musik . Rara melihat seorang pianis cantik yang lihai memencet tuts pianonya . Pianis itu buta dan hanya mempunyai sebuah kaki, itupun tak sempurna . ‘’ Coba kamu lihat pianis itu .’’ kata Rico sambil menunjuk pianis cantik itu. Kemudian ia melanjutkan kalimatnya , ‘’ Dia cacat , kan ? Tapi, dia punya semangat hidup. Kamu juga dengar nada-nada indah dari piano itu , kan ? Tentu banyak orang yang tidak menyangka , kalau permainan piano yang baru saja mereka dengar adalah seorang yang cacat yang memainkannya . Tentu kamu masih beruntung . Karena, Tuhan hanya pinjam satu kakimu. Ayolah Rara , bangkit , dan tunjukkan pada dunia kalau kamu masih bisa berkarya ! The World In Your Hand , now ! ‘’ kata Rico menyemangati Rara.

Rara tertegun pada ucapan Rico. Rico benar, bahwa hanya dengan satu kaki , ia pasti bisa berkarya. Dan bukan tidak mungkin juga kalau suatu saat nanti ia mampu menjadi atlet basket terkenal seperti mendiang kakaknya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar